Kegagalan memang resiko dari sebuah usaha dan kekecewaan adalah resiko dari keinginan. Kegagalan dan kekecewaan itu jelas pahit. Malangnya lagi kemungkinan terjadinya kegagalan atau keberhasilan adalah sama yaitu 50 = 50. Jadi setiap kita pasti pernah mengalami kegagalan dan kekecewaan ini dan dimasa yang akan datang kenyataan ini akan berulang lagi. Lalu siapkah kita menghadapinya dan bagaimana caranya agar kegagalan itu tak membawa keperihan yang berkepanjangan?
Sebenarnya ada tiga tipe penyebab kegagalan. Dua dari ketiga tipe ini adalah akibat kesalahan kita sendiri, yaitu kelemahan perencanaan dan rendahnya komitmen pelaksanaan. Kemudian yang ketiga adalah penyebab yang di luar dugaan.
Kelemahan perencanaan adalah penyebab kegagalan yang pertama. Ini terjadi akibat tidak realistisnya keinginan kita dan karena kurangnya penguasaan terhadap masalah yang berkaitan dengan keinginan tersebut. Ketidakrealistisan itu mencakup target yang ingin dicapai dan waktu pencapainnya. Ambil contoh: seorang yang baru saja menyelesaikan pendidikan kesarjanaan, langsung berkeinginan untuk melamar kerja di sebuah perusahaan besar sebagai seorang manajer. Tentu Anda tersenyum membaca keinginan orang tersebut, karena Anda paham bahwa untuk menjadi seorang manajer di perusahaan besar dibutuhkan pengalaman kerja bertahun-tahun dan orang yang baru lulus kuliah akan sangat sulit meraih posisi tersebut. Tapi, sadarkah kita bahwa sekali waktu kita pernah melakukan hal yang sama! “Kita harus optimis.” Kilah Anda.
Kurangnya penguasaan masalah menyebabkan kita tak mengetahui apa yang mesti dilakukan untuk mencapai keinginan atau kita salah memilih langkah. Saat ini orang lebih tertarik untuk memperdalam kiat dari pada mencoba memahami persoalan lebih mendalam. Orang banyak bertanya tentang: Bagaimana sih kiat menjadi pengusaha yang sukses tanpa berusaha memahami seluk beluk dunia usaha.
Rendahnya komitmen pelaksanaan merupakan salah satu penyebab terjadinya kegagalan. Rencana hanya tinggal di atas kertas sedang apa yang kita lakukan adalah rutinitas. Bagaimana kita akan memperoleh keinginan kita, jika yang kita lakukan bukan hal-hal yang berkaitan langsung dengan keinginan kita tersebut.
Penyebab kegagalan ketiga adalah hal-hal yang di luar kekuasaan kita. Kita pahami bahwa kehidupan kita ini tak semata tergantung pada apa yang kita lakukan. Kita akan sangat terpengaruh dengan apa-apa yang terjadi di sekitar kita. Misalnya, seorang petani yang telah bekerja keras dan hampir panen, tiba-tiba harus kecewa karena diserang hama atau banjir.
Kegagalan, bagaimanapun juga akan membawa kepedihan di hati kita. Kita mungkin akan merasa sedih, frustrasi, tak berdaya atau bahkan mengalami depresi. Jika kepedihan itu terlalu berat Anda rasakan, Anda akan merasa takut untuk memulai kembali usaha tersebut. Anda merasa diri Anda terlalu bodoh dan tak berguna. Itu jelas berpengaruh buruk bagi kehidupan Anda di masa datang. Anda bisa jadi sangat pasif atau mungkin melakukan hal-hal yang destruktif lainnya.
Untuk mencegah kepedihan yang terlalu mendalam, ada baiknya Anda memiliki kesiapan untuk menghadapi kegagalan dengan memperhatikan poin-poin berikut:
1. Menyadari betul bahwa kegagalan merupakan resiko dari bentuk usaha apa pun. Kesadaran ini menyebabkan kita mempunyai ruang untuk dapat menerima kegagalan. Jangan pernah tanamkan dalam diri Anda bahwa usaha Anda akan seratus persen berhasil. Harus selalu ada ruang untuk menerima kegagalan di awal usaha Anda.
2. Menyadari bahwa setiap kegagalan pasti ada penyebabnya. Dengan kesadaran ini mendorong kita untuk mencari penyebab kegagalan ketimbang menyesalinya. Di atas telah dikemukan tiga hal penyebab kegagalan. Dari sini Anda dapat kembali mengevaluasi diri sendiri. Inilah yang membuat kita lebih matang setelah mengalami kegagalan. Kita mungkin akan sadar bahwa keinginan kita selama ini tak realistis atau kita kurang memiliki komitmen kerja atau kita akan bertambah keimanan kepada Allah bahwa Dia lah yang Maha mengatur segala sesuatu.
3. Jangan menghukum diri terlalu berat. Memang sebagian besar penyebab kegagalan adalah akibat kelemahan diri kita sendiri. Tapi cobalah lihat kelemahan itu dengan lapang hati, kita bukanlah makhluk yang serba bisa dan serba tahu. Kegagalan sebaiknya kita gunakan untuk mengetahui secara spesifik titik kelemahan kita dan langkah awal untuk melakukan perbaikan.
4. Jangan bohongi diri Anda dengan angan-angan, dan tak mau mengakui kegagalan. Anda boleh mempunyai keinginan memiliki Indeks Prestasi 3,5 di perkuliahan, namun terimalah kenyataan jika Anda tak berhasil mencapainya di akhir semester. Tak perlu Anda menghapus nilai di lembar hasil studi Anda dan menggantinya dengan yang Anda inginkan. Penipuan diri sendiri semacam itu justru membuat Anda lebih tertekan dan merasa tak tenang. Wallahu’alam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar