Selasa, 29 Juni 2010

Kenali tabiat diri

Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas sejumlah momentum yang dapat memicu upaya memperbaiki diri. Akan tetapi momentum-momentum tersebut sebenarnya hanya alat bantu. Bila digunakan dengan baik, insya Allah akan memberi hasil yang maksimal. Tetapi yang perlu disadari, bagaimana setiap muslim terus menerus mengenali tabiat dirinya sendiri. Kapan saat-saat ia mulai terasa akan bergeser dari jalan kebaikan ke jalan keburukan. Tabiat dan karakter orang berbeda-beda. Harus ada kesadaran yang hidup selalu. Karena syetan juga tidak akan pernah diam dari menggoda manusia. Allah Swt berfirman, ”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was oleh syetan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan-nya.”(QS. Al-A’raf:201).

Selain itu, setiap muslim juga harus mengenali dengan cara apa biasanya dia bisa kembali ke kondisi yang normal. Momentum-momentum tersebut bisa dipilih sesuai tabiat diri masing-masing, tapi sesudah itu perlu ditindaklanjuti dengan ibadah tertentu. Karena ibadah formal –selain do’a—tetap menjadi media kontak langsung seorang hamba dengan Rabb-nya.


Ada orang yang terbiasa menjadikan puasa sebagai gebrakan awal dirinya untuk kembali ke jalan kebaikan. Ada yang menjadikan tilawah membaca Al-Qur’an secara rutin sebagai pintu awalnya kembali ke jalan yang baik. Ada yang dengan sholat malam, ada yang dengan bersedekah, ada yang dengan selalu sholat berjamaah di masjid tepat waktu, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bisa jadi masing-masing kita punya pemicu yang berbeda.

Dengan ikhtiar-ikhtiar yang maksimal itu, kelak, seorang muslim tidak sampai harus menyesal, bila ia harus menerima balasan yang setimpal. Berupa pahala untuk segala kebaikannya, atau siksa penebus dan penghapus keburukannya. Karena Allah tidak mendzalimi hamba-Nya sebesar dzarah-pun. Seperti dinyatakan-Nya dalam hadits Qudsi, ”Wahai hamba-Ku, semua hanyalah amal-amal kamu yang Aku hitung, lalu Aku tunaikan pembalasannya. Maka barang siapa mendapatinya baik, hendaklah kepada Allah ia sampaikan puji. Dan barangsiapa mendapati sebaliknya, janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.” (HR. Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar