Selasa, 29 Juni 2010

Sekali lagi, ikhlaslah!

“Sesungguhnya hari ini adalah satu hari di antara hari-hari Allah, tidak pantas diisi dengan kebanggan dan keangkuhan. Ikhlaskanlah jihadmu dan tujulah Allah dengan amalmu. Karena hari ini menentukan hari-hari yang akan datang.” Demikian kata-kata Khalid bin Walid di tengah-tengah berkecamuknya perang Yarmuk.

Kata ikhlas sudah begitu sering kita dengar dalam berbagai kesempatan. Bagi kader dakwah, semestinya ikhlas tidak boleh lagi menjadi sekadar retorika belaka, melainkan ia harus hadir dan ada dalam diri kita, menyatu dalam pikiran, hati, bersenyawa dengan jiwa, seirama dengan detak jantung dan tarikan nafas. Bersamanya kita memulai hari-hari, dengannya kita bekerja, membangun ukhuwah dan menapaki jalan dakwah ini.

Sungguh perlu kita sadari bahwa hati seorang hamba senantiasa dikepung dari berbagai penjuru oleh hawa nafsu, kepentingan sesaat, ambisi duniawi, rasa malas, hasrat kemaksiatan dan gejolak ingin dipuji serta disanjung. Kesemuanya ini mengintai kondisi lemah hati kita. Dan ketika kondisi lemah dan lalai mereka dapatkan, dengan segera mereka menembus hati kita dan menguasainya. Naudzubillah..


Karena itu saudaraku yang dicintai karena Allah, sudah sepatutnya kita menyadari dengan sepenuh hati, bahwa sejak kali pertama kita bergabung dengan dakwah ini, ikhlas telah menjadi tuntutan dan kewajiban yang mengikat diri kita sampai Allah menampakkan kemenangan bagi dakwah ini atau kita syahid dalam menegaknya dan membelanya.

Di sini saya tidak akan menguraikan makna ikhlas dengan kata-kata, kita semua bahkan telah menghafalnya diluar kepala. Saya ingin mengajak kita semua merenungi bersama kata-kata ini:

Apakah kita telah menjadikan ikhlas sebagai sesuatu yang menyatu dalam diri kita, melebur, menjasad, mendarah daging, menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam diri kita?

Apakah ikhlas telah merasuk dalam pikiran kita sehingga membuat kita menjadi produktif sekaligus kreatif dalam mengeluarkan gagasan untuk membangun dakwah ini tanpa tendensi apapun selain kepada Allah Swt?

Apakah ikhlas telah melebur kedalam hati kita sehingga menjadikan kita mampu memandang segala permasalahan dakwah ini secara jernih, dan menjadikan kita mampu membangun ukhuwah, ukhuwah yang sebenarnya bukan sekedar hiasan kata apalagi untuk saluran hasrat dan nafsu sesaat?

Apakah ikhlas telah menjadi jiwa dalam setiap amal yang kita lakukan, sehingga menjadikan kita rela mengemban amanah serta melaksanakan apapun tugas-tugas dan kebijakan dakwah dengan penuh tanggung jawab, tanpa rasa berat dan tidak berharap balasan atas semua itu kecuali hanyalah dari Allah Swt?

Atau wahai saudaraku para kader dakwah yang saya cintai karena Allah, apakah ikhlas baru sekedar kata tanpa makna, atau ia cuma retorika yang kita suapkan kepada mutarobbi kita?

Saudaraku..

Takutlah kepada Allah, karena Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya kemenangan dakwah ini sejak dulunya selalu terkait dengan keikhlasan para pendukungnya.

Mari kita kembali pada ashalah (keaslian) dakwah ini, sebenarnya apa motivasi awal kita memilih hidup di jalan ini? Apa yang kita inginkan ketika kita bergabung dengan dakwah ini? Izinkan saya untuk menjawabnya:

Motivasi awal dan keinginan kita adalah meraih ridho Allah, untuk itu kita akan ikut berputar bersama roda dakwah ini kemanapun ia berputar, tidak akan bergeser darinya karena kita yakin kebaikan itu ada bersama dengan dakwah dan kehinaan dunia akhirat bila memisahkan diri darinya. Semua itu kita lakukan sebagai sarana atau jalan untuk meraih keridhaan Allah Swt, lain tidak. Bagi kita, ridha Allah adalah imbalan terbesar dan termahal, karena itu kita sudah merasa cukup dengan imbalan itu.

Nabi Muhammad Saw pernah berpesan,” Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu”. Ungkapan hadits ini mengandung makna bahwa Allah berjanji akan menjaga dan melindungi kita dari segala macam gangguan, godaan dan bujuk rayu syetan entah itu berupa jin maupun manusia, selama kita menjaga keikhlasan hati hanya kepada Allah.

Wahai saudaraku..

Marilah kita jadikan ikhlas sebagai titik tolak segala perbuatan kita, gerak-gerik tingkah laku, sikap, kata-kata, dan perbuatan kita, menjadi akar dan pondasi visi dan misi kehidupan kita. Mari kita letakkan ikhlas di lubuk hati yang paling dalam hingga ia menyertai segala niat dan lintasan hati yang ada di benak kita. Semoga Allah Swt senantiasa menjaga kita semua. Amiin ya.. robbal ’alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar