"APA sih potensi saya?” Pasti pertanyaan ini pernah kita lontarkan. Tapi tahukah Anda ada kalanya pertanyaan itu menyesatkan diri Anda sendiri?
Pertanyaan semacam itu biasanya menghantui para remaja. Maklum, itu usia pencarian identitas. Tapi, tak jarang lho ditanyakan juga oleh orang dewasa. Itu bukan berarti mereka kehilangan identitas, namun biasanya terjadi saat harus memilih ulang pekerjaan yang akan ia geluti. Misalnya, pada sarjana yang baru lulus, pekerja yang baru kena PHK, atau pada orang yang selalu gagal berwirausaha.
Situasi seperti itu kerap memaksa orang untuk menilai ulang dirinya. Jadi, pertanyaan seperti di atas sah-sah saja dilontarkan. Harapannya tentu saja kita mendapat jawaban yang tepat. Dengan begitu keputusan kita dalam memilih dunia kerja yang akan kita geluti bisa pas.
Namun, ada dua hal yang perlu dipertanyakan agar kita tidak disesatkan oleh pertanyaan itu. Pertama, apa sebenarnya yang sedang terjadi pada diri kita dibalik pertanyaan itu? Kedua, apakah pertanyaan itu telah membuat kita terpaku dan ragu dalam mengambil keputusan?
Umumnya, pertanyaan bernada sangsi pada kemampuan diri itu timbul saat kita sedang mencari identitas diri. Kebanyakan kaum remaja yang mempertanyakan. Ingin tahu siapa diri mereka sebenarnya, apa kelebihan-kekurangannya. Bakat apa yang mereka miliki dan prinsip hidup seperti apa yang pas untuk dipegang.
Itu alasan yang positif, Nah, dua yang terakhir ini perlu diwaspadai. Jika pertanyaan di judul muncul di benak Anda akibat keraguan mengambil keputusan atau rasa frustasi karena kegagalan yang beruntun. Hati-hatilah! Pertanyaan di atas bisa menyesatkan, bahkan menjadi apologi untuk tidak melakukan apa apa.
Di situasi itu Anda sebenarnya bukan tidak tahu potensi diri. Justru Anda telah memiliki sejumlah kemampuan yang siap dimanfaatkan. Hanya saja keraguan dan rasa frustrasi membuat Anda merasa tidak memiliki apa apa, bahkan merasa tidak berdaya. Karena itu, agar tidak tersesat, ubah cara berpikir Anda! Patok sesuatu sebagai tujuan dan bunuh rasa takut gagal. Berprasangka baiklah kepada Allah. Semua pemberian Allah itu baik buat kita. Allah akan menolong usaha kita.
Tahukah Anda, sebenarnya peran potensi dalam keberhasilan seseorang dalam menekuni pekerjaannya tidaklah terlalu besar! Saat ini orang lebih banyak membicarakan kuatnya motivasi, memadainya kompetensi, dan uletnya usaha sebagai kunci keberhasilan. Bukan potensi.
Memang, potensi berperan dalam memperoleh kompetensi. Tapi, sebenarnya sulit membedakan potensi dari kompetensi. Misalnya kecerdasan. Orang menyebutnya sebagai potensi untuk dapat menguasi pengetahuan. Namun, kemampuan menganalisis, mengenali masalah, dan mengembangkan alternatif penyelesaian masalah adalah kompetensi berpikir. Kompetensi berpikir sering juga disebut sebagai kecerdasan dan kreativitas. Jadi, kecerdasan dan kreativitas adalah potensi, dan ada kalanya disebut kompetensi.
Nah, sekarang kita lupa soal perbedaan potensi dan kompetensi. Sebaiknya, kita mulai dengan mengubah cara berpikir. Kalau biasanya Anda memulai dari “apa yang saya miliki”, saat ini pakai "apa yang bisa saya capai dengan modal ini". Jadi, pertanyaanya berubah. Bukan lagi "apa potensi saya". Tapi, “apa yang ingin saya raih dan modal apa yang harus saya usahakan untuk mencapai itu”.
Itulah langkah pertama Anda untuk mengembangkan diri. Dengan cara pikir demikian, Anda akan memiliki arah kemana Anda akan berkembang. Anda pun akan dapat memastikan hal apa yang harus Anda kembangkan dalam diri Anda.
Selanjutnya, buat daftar kompetensi yang harus Anda miliki. Sebagai contoh, Anda telah memastikan ingin jadi penulis, maka langkah selanjutnya daftar sejumlah kompetensi yang harus Anda miliki. Kira-kira seperti ini: keluasan wawasan, kepekaan terhadap masalah yang terhadir di masyarakat, kekayaan kosa kata, kreativitas, dan penguasaan teknik menulis.
Tentu saja kompetensi itu tidak melulu bersifat pemikiran dan intelektual. Bisa juga kepribadian, Misalnya, kepemimpinan, cara berkomunikasi, atau kemampuan bekerja sama.
Jika Anda telah punya daftarnya, kini mulailah beraksi! Artinya, Anda harus punya program meraihnya. Misalnya, membaca satu buku dalam seminggu, ikuti seminar, diskusi, dan workshop menulis. Yang aksi paling penting adalah mulai mengirim tulisan ke penerbit seperti apa pun hasil tulisan Anda. Sebab, bagi penulis pemula inilah proses quantum learning.
Kalau itu sudah Anda lakukan, siapkanlah dada yang lapang. Syukuri setiap kemajuan yang diperoleh, sekecil apa pun kadarnya. Karena, itu adalah karunia Allah. Ingat, semakin Anda bersyukur, Allah akan menambahkan karuniaNya. Terakhir, sebagai bahan renungan, sebenarnya apa yang ingin Anda gapai dengan bersusah payah mengembangkan potensi diri? Semoga tidak sekadar ingin meraih materi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar